Tuesday, December 4, 2012

Market Review 4/12/2012

Market Review
 
Dow Jones Senin malam ditutup turun 60 poin atau 0,46% pada 12.965 terutama atas rilis data ekonomi yang tidak memuaskan dan perkembangan kesepakatan Fiscal Cliff .
 
Kemarin Wall Street menerima rilis data indeks manufaktur ISM Index untuk bulan November 2012 pada 49,5 dibandingkan dengan estimasi konsensus pada 51,2. Selain itu, kemarin partai Republik memberi tawaran baru sehubungan dengan kesepakatan Fiscal Cliff. Investor saham cenderung apatis menerima usulan ini sehingga peristiwa tersebut tidak mampu memicu aksi beli saham dengan indeks DJIA tetap pada zona merah pada perdagangan kemarin.
 
 
Dalam rangka tidak menerima usulan presiden Obama untuk pengenaan pajak pada kelompok penghasilan di atas USD 250ribu /tahun pada UU anggaran baru, partai Republik memberi usualan peningkatan penerimaan anggaran dengan cara lain. Cara yang diusulkan oleh partai Republik adalah dengan meningkatkan kelompok umur yang berhak atas asuransi kesehatan Medicare dan dengan menurunkan biaya hidup atas tanggungan jaminan sosial atau Social Security. Kedua faktor ini, menurut partai Republik  bisa menghemat anggaran dan meningkatkan penerimaan, tanpa harus mengaplikasikan pajak bagi kelompok pendapatan tinggi. Menurut perhitungan partai Republik, proposal baru yang sudah disusun dan diusulkan akan menghasilkan USD 2,2 triliun dalam 10 tahun ke depan, melalui USD 800 miliar pajak yang lebih tinggi, USD 600 miliar dari penghematan biaya Medicare, USD 300 miliar dari iuran pensiun yang ditingkatkan, USD 300 miliar dari pemotongan dana anggaran Pentagon dan agenda lain yang diinisiasi oleh Kongres. Presiden Obama belum memberi tanggapan ke publik atas proposal resmi dari partai Republik ini.

News Highlights
 
Perusahaan investasi Bakrie & Brothers (BNBR) berupaya mengurangi utang Rp 6,3 triliun per September melalui penjualan sebagian aset dan berusaha tetap fokus pada anak usaha yang tidak tercatat di bursa. Kinerja usaha anak usaha nonpublik telah mencatat peningkatan kinerja signifikan dan dapat mendukung pendapatan perusahaan pada masa depan. Selain yang bergerak di komponen otomotif, Bakrie Tosanjaya (BTJ), sejumlah anak usaha nonpublik BNBR a.l. PT Bakrie Pipe Industries (BPI), PT Bakrie Building Industries (BBI), dan Bakrie Energy International (BEI). Perseroan menyatakan akan melakukan divestasi anak usahanya di bidang pipa, yaitu South East Asia Pipe Industries (SEAPI) dan Bakrie Pipe Industries (BPI). Fokus penggunaan hasil divestasi adalah untuk melunasi utang dan pengembangan usaha. (Bisnis Indonesia)
 
Emiten pengembangan properti Intiland Development (DILD) membidik penjualan dari proyek apartemen 1 Park Avenue mencapai sekitar Rp 1 triliun pada 2014 dengan konsep mixed-used. Perseroan mengharapkan proyek apartemen tersebut dapat berkontribusi maksimal terhadap target marketing sales perseroan pada tahun 2013 yakni tumbuh 30% dari target tahun ini sebesar Rp 1,6 triliun. (Bisnis Indonesia)
 
Wijaya Karya (WIKA) menganggarkan dana  sekitar Rp 1,7 triliun untuk investasi di bidang pembangkit listrik tahun depan. Jumlah ini meningkat dibandingkan alokasi tahun ini sebesar Rp 1,5 triliun. Perseroan cukup diuntungkan dengan investasi di bidang pembangkit listrik. Sebab, hal ini tidak hanya memperkuat posisi perseroan sebagai kontraktor, tapi juga bisa menghasilkan pendapatan yang cukup besar. Hingga saat ini, kontribusi proyek listrik ke pendapatan berkisar Rp 500 – 600 miliar. Hingga kuartal III/2012, total pendapatan WIKA sebesar Rp 6,37 triliun. (Investor Daily)
 
Samindo Resources (MYOH) menargetkan kenaikan laba bersih sebesar 142% menjadi USD 14,3 juta tahun depan, dibandingkan estimasi tahun ini sebesar USD 5,9 juta. Kenaikan itu didorong peningkatan pendapatan sebesar 23% menjadi USD 302 juta dari USD 245 juta. (Investor Daily)
 
Budi Acid Jaya (BUDI) memperkirakan pendapatan tahun ini mencapai Rp 2,3 triliun, turun 8% dibandingkan perolehan tahun lalu Rp 2,5 triliun. Laba bersih diperkirakan anjlok 87,29% menjadi Rp 8 miliar dari Rp 62,97 miliar. Penurunan kinerja disebabkan oleh tingginya harga bahan baku yang tidak dapat ditutup dengan kenaikan harga jual. (Bisnis Indonesia)
 
Inflasi harga konsumen mencapai 0,07% mom (4,32% yoy) pada November lalu. Terjadi deflasi di dua kelompok komoditas. Harga di segmen bahan pangan terpangkas 0,13% mom, selaras dengan penurunan harga daging ayam ras, cabai, ikan segar, dan minyak goreng. Kelompok sandang juga mengalami deflasi 0,1% akibat penurunan harga emas perhiasan. Sementara itu, inflasi inti pada bulan yang sama mencapai 0,14% mom (4,4% yoy). (BPS)
 
Ekspor turun 1,45% mom pada Oktober 2012, sedangkan impor melonjak 12,16%. Secara yoy, terjadi penurunan 7,61% pada ekspor Indonesia, meski impor di saat yang sama naik 10,82%. Dengan demikian, terjadi defisit perdagangan senilai US$ 1,55 miliar pada Oktober lalu. Selama 10M12, total ekspor sebesar US$ 158,66 miliar, turun 6,22% dari periode yang sama tahun lalu. Pada periode serupa, impor tumbuh 9,35% menjadi US$ 159,18 miliar. Dengan demikian, juga terjadi defisit perdagangan sebesar US$ 516,1 juta selama Januari–Oktober.
 
Menurut Menteri Keuangan Agus Martowardojo, defisit anggaran tahun ini dapat mencapai 2,3%–2,4% terhadap PDB, lebih tinggi dari target yang sebesar 2,23%. Ini bisa terjadi karena subsidi energi yang lebih besar dari perkiraan. Pemerintah memperkirakan subsidi BBM sebanyak Rp 216,8 triliun tahun ini, jauh di atas angka APBN-P yang senilai Rp 137,4 triliun. Dengan demikian, subsidi energi diduga akan mencapai Rp 305,9 triliun tahun ini. (Investor Daily)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.